Kamis, 01 Oktober 2015

 Judul : My Life
Penerbit : Uwais Indie Publisher
 Judul : Simpul Persahabatan
Penerbit : Bintang Pelangi
 Judul : Cinta Suci
Penerbit : Citra Gemilang
 Judul : Kado Cinta
Penerbit : Uwais Indie Publisher
 Judul : Aksara Ramadhan
Penerbit : Nerin Media
Judul : Lantunan Ayat-Nya Merekah
Penerbit : Citra Gemilang












Inilah karya-karyaku hingga saat ini! :)

Lomba Cerpen Hari Kesehatan Nasional

Ada lomba lagi niih! :) Ikutan yuuk! (Copast dari fp KKPK)

Dalam rangka Hari Kesehatan Nasional Ke-51 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bekerjasama dengan DAR Mizan mengadakan Lomba Cerpen Anak.

SYARAT DAN KETENTUAN LOMBA CERITA PENDEK KESEHATAN TINGKAT SD
1. Peserta lomba adalah siswa SD dan yang sederajat
2. Ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar
3. Tidak mengirimkan karya yang mengandung unsur SARA dan PORNOGRAFI
4. Hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan atau diikutsertakan pada lomba yang sejenis
5. Naskah diketik menggunakan komputer pada kertas HVS ukuran A4, spasi 2, jenis huruf Times New Roman ukuran 12
6. Peserta hanya boleh mengirimkan satu cerpen sepanjang 4-6 halaman
7. Karya bertema (pilih salah satu):

- Perilaku Hidup Sehat dengan Melakukan Aktivitas Fisik
- Perilaku Hidup Sehat untuk Menciptakan Lingkungan Sehat
- Hidup Sehat Tanpa Rokok, Alkohol, dan Napza
- Waspada Penyalahgunaan Obat dan Penggunaan Obat yang Salah
- Menjaga Kesehatan Reproduksi Sejak Dini
- Imunisasi Penting untuk Mencegah Penyakit
- Makanan Sehat pada Anak dengan Gizi Seimbang agar Menghindari Obesitas dan Stunting

8. Pemenang lomba dan peserta yang terpilih akan diundang ke Jakarta untuk menerima hadiah
9. Karya dikirim dua rangkap (sudah distempel dan tanda tangan kepala sekolah) disertai dengan fotokopi identitas diri (kartu pelajar dan biodata singkat: nama, tempat tanggal lahir, alamat lengkap, nomor telepon (handphone), e-mail, nama dan alamat sekolah, kelas) ke Sekretariat

LOMBA CERPEN KESEHATAN SD
Kementerian Kesehatan Pusat Promosi Kesehatan
Gedung Prof.  DR. Sujudi Lantai 10
Jln. Rasuna Said Kav X, 4-9 Kuningan Jakarta Selatan 12950

*Beri keterangan di sudut kiri atas amplop: Cerpen – SD

Karya diterima paling lambat 16 Oktober 2015 (cap pos)
Pemenang akan mendapatkan:
Tabungan Pendidikan
Trofi
Bingkisan Istimewa












Minggu, 01 Maret 2015

Kemarin, aku sempat ngadain lomba menulis. Yah, cuma iseng-iseng aja. Aku telah memilih 3 pemenang. Sesuai janjiku, cerita pemenang akan 'nongol' di blogku.
Berikut ceritanya...

Juara 1 :
Zaidah Maulidina

Let It Rain
“I’ll be back.” Bercampur aduk rasanya saat aku mulai menapaki anak tangga kapal pelni Dorolonda yang akan kutumpangi ini. 22.30. Masih setengah jam lagi menuju waktu keberangkatan. Cuaca malam ini sepertinya baik-baik saja. Bulan purnama membulat putih sempurna di tepi langit. Gugusan bintang tersebar luas dengan kerlipnya yang indah, walau hanya satu-dua yang terlihat jelas. Aku berdiri di pinggiran dek kapal, melihat para kelasi kapal mengangkut barang bawaan penumpang dari bibir pelabuhan ke dalam bagasi kapal. Masih banyak barang yang belum dinaikkan. Tetapi tak banyak penumpang yang mengantri di tangga untuk pengecekan tiket. Mungkin sudah di kabin masing-masing. Angin berhembus kencang, membuatku harus memegangi kerudungku yang berkibar. Angin malam dan bau khas air laut seakan menahanku di dek kapal, tak ingin beranjak menuju kabin atau manapun. Dua puluh menit berlalu. Sudah tak ada lagi penumpang yang mengantri masuk kapal. Beberapa penumpang keluar dari kabinnya untuk merasakan angin di dek kapal sepertiku. “POOOOONGG!!” salah seorang kelasi membunyikan bel. Kapal Dorolonda jurusan Balikpapan-Surabaya siap berangkat. Aku yakin tak lama lagi para penumpang sudah mendekam dalam dek masing-masing dan terlelap. Atau terkapar lemas karena mabuk laut. Ini perjalanan pertamaku sendirian. Ya, aku akan merantau untuk menuntut ilmu di kota yang lebih besar, tentu saja. Orang tuaku mendaftarkan putri sulungnya ini ke sebuah universitas berasrama. Sulit dibayangkan, bagaimana aku bisa hidup disana. Kapal sudah menjauh dari pelabuhan kurang lebih 12 kilometer. Aku berjalan-jalan santai di geladak kapal menuju kabin kecilku untuk merapikan barang-barang. Kapal ini akan membawaku ke Surabaya, dan aku akan berada di lautan untuk tiga hari kedepan. Aku kembali ke geladak, duduk di kursi panjang yang telah disediakan. Ombak berderu kencang, bersama tiupan angin yang tak henti-hentinya mengibarkan kerudungku. Sudah larut malam, tetapi rasa kantuk belum menghampiriku. Aku menoleh ke belakang, berharap di belakang sana masih terlihat kota kelahiranku – yang sebenarnya tak ingin kutinggalkan. Tapi harapanku tak membuahkan hasil. Sejauh mata memandang hanya ada kegelapan. Malam ini purnama, artinya air laut sedang pasang naik. Di geladak ini hanya ada aku dan beberapa awak kapal yang sedang berpatroli jaga malam. Sepi. Mungkin para penumpang lain sudah terlelap. Aku memejamkan mata dan mendengarkan suara air laut. Berirama dan menenangkan. Teringat aku pada tujuanku di kapal ini. Aku akan pergi. Jauuuh dari kampung halamanku. Meninggalkan Bapak, Ibu, dan adik-adikku. Serta teman-teman seperjuanganku. Aku berjanji pada mereka akan bersungguh-sungguh menuntut ilmu di kota besar lalu kembali. Samar-samar terasa perih di hati. Aku disini sendirian. Di tengah lautan yang dalam, menjauh dari rumah. Di saat-saat seperti ini aku merasa ingin pulang, kembali ke pelukan Ibu. Padahal baru saja kapal meninggalkan kota Balikpapan. Aku pergi merantau. Belum genap dua puluh empat jam, aku sudah rindu kawan-kawan. Hufff… Bagaimana nanti aku bisa hidup di kampung orang? Bagaimana rasanya tinggal di asrama? Sendirian? Ya, pikiranku mulai melayang membawa bayangan-bayangan yang semakin memperburuk suasana. Malam ini butiran air mataku berhasil membebaskan diri. Kubiarkan saja, tidak kuseka. Mengapa aku harus pergi? Mengapa aku bersedia untuk pergi? Apa yang membawaku pergi? Mengapa mereka mengikhlaskanku pergi? Sebenarnya itu tak perlu ditanyakan lagi. Aku menghujam diriku dengan beribu pertanyaan semacam itu. Aku sudah tahu jawabannya. Semakin banyak pertanyaan dan jawaban, semakin deras air mataku. “GLEGAARRRR!!” Kubiarkan saja petir menyambar. Ombak meninggi dan semakin keras. Kapal terombang-ambing di tengah lautan. Di saat-saat seperti ini, semakin deras saja air mataku. Rintik-rintik hujan mulai turun dan membasahi geladak kapal. Aku tetap duduk disini. Biarlah kerudung dan pakaianku basah diguyur hujan. Awak kapal yang berpatroli sudah bersiap mengenakan jas hujan sejak petir menyambar tadi. Beberapa turun ke lantai dasar kapal untuk mengecek mesin. Aku tidak peduli. Tapi entahlah, mereka menyadari kehadiranku disini atau tidak. Aku masih ingin menangis. Semakin deras saja air hujan yang turun. Begitu pula air mataku. Tak henti-hentinya aku menangis. Mengingat masa lalu, dan apapun itu yang membuatku semakin ingin pulang. Flashback tentang hal-hal yang lalu. Aku jadi teringat nasehat petuah di kampungku, “Hidup ini harus terus berjalan. Bagaikan roda, hidup ini terus berputar. Seperti air, hidup ini terus mengalir. Terkadang deras, terkadang pelan. Air terus mengalir dan berganti. Setiap tetes air tentulah berbeda. Sama seperti kehidupan kita. Terus berjalan. Orang-orang datang silih berganti. Ada kelahiran, ada pula kematian. Terkadang kita merasa kehilangan, tetapi jika kau berani maju ke depan, kau akan menemukan pengganti yang baru. Terkadang kita merasa rindu, tetapi jika kau sanggup melaluinya, kau adalah pribadi yang hebat, Nak.” Aku terdiam. Walau air mata terus mengalir dari sudut mataku, aku mencoba ikhlas dan meluruskan kembali niatku berlabuh dalam kapal ini. Biarlah hujan masih mengguyur lautan. Biarlah air mata masih menghujani pipiku. Let it rain. Aku mencoba tenang dan berjalan menuju kabinku. Mengganti pakaian basah dengan yang kering, mencuci muka dan mengusap mata merahku. Dan mencoba tidur untuk menyambut esok pagi. 

Juara 2 :
Laila Karima

 Dialog Pagi
 “bunda,aku mau tanya.boleh gak? ”tanya Rafa. “boleh.”jawab bunda. “kapan ayah bangun tidur?”tanya Rafa dengan lugu. “bunda juga tidak tahu.”jawab bunda sambil tertawa. “padahal sekarang sudah jam tujuh lewat. Memangnya,ayah tidak kerja?”tanya Rafa lagi. “hari ini hari minggu Rafa.”kata bunda dengan gemas. “memangnya ayah sudah shalat subuh?”tanya Rafa lagi. “sudah.ayah shalat subuh lalu tidur lagi.”jawab bunda. “Ayah sudah sarapan belum?”tanya Rafa lagi. Dia dan bunda sudah sarapan . sedangkan ayah...tidak tahu sudah makan atau belum. “daripada kamu bertanya terus sama bunda,mendingan kita tanya ayah aja yuk!”usul bunda pada Rafa. “tapi,,ayah kan masih tidur.”kata Rafa. “kita bangunkan ayah saja.setuju?!”tanya bunda. “setuju!!!!!”jawab Rafa. Rafa dan bunda pun mengendap-endap masuk ke kamar ayah. Mereka bermaksud untuk mengagetkan ayah. Sesampainya di kamar ayah, terlihat ayah sedang berbaring di kasur sambil mendengkur. Melihat itu,Rafa tertawa kecil. “Rafa,nanti bunda hitung dari satu sampai tiga. Dalam hitungan ketiga,nanti bunda sama Rafa kagetin ayah. Oke?”kata bunda sambil berbisik. “oke,oke,oke.”kata Rafa. “satu” “dua” “tiga” “ayah bangun!!!!!!!”jerit bunda dan Rafa. “wak,,wak,waaa....!!!”ayah pun terkejut. Sampai ayah jatuh dari tempat tidur. “aduh,kenapa ayah dibangunin sih..?”tanya ayah sambil memegang pundaknya. “Rafa itu ngebangunin ayah karena Rafa pengen tahu ayah sudah sarapan belum.” Jawab Rafa. “ayah belum makan Rafa.”kata ayah. “nah,sebagai ganti karena Rafa sudah mengagetkan ayah. Rafa harus temani ayah ke ruang makan.”sambung ayah. “Berarti bunda nemenin juga dong.”kata Rafa. “lho,bunda kan udah keluar dari kamar. Apa kamu gak liat bunda keluar dari tadi.” Jelas ayah. “kalau gitu,ayo kita ke ruang makan.”kata Rafa sambil menarik lengan ayah menuju ke ruang makan. Di ruang makan terlihat ada bunda. Bunda sedang membereskan piring-piring kotor di meja makan. lalu menaruhnya di tempat cucian piring. Rafa pun langsung bertanya pada bunda. “bunda kapan keluar dari kamar ayah?” “setelah ngagetin ayah,bunda langsung ke ruang makan. Memangnya Rafa gak lihat kalau Bunda keluar dari kamar ayah?”kata bunda balik bertanya. Rafa pun langsung menggelengkan kepalanya. Setelah mendengar jawaban Rafa itu, Bunda pun kembali mengerjakan pekerjaannya. Sementara itu ayah sedang makan di meja makan. Ayah makan dengan menggunakan nasi,sayur sop,dan juga tempe goreng. Saat sarapan juga,Rafa dan bunda makan dengan menu yang sama. Ayah terlihat sangat lahap makannya. Rafa pun mengambil kursi didekat meja makan,lalu menaruhnya di dekat ayah,terus Rafa duduk deh. “ayah sudah baca doa belum?”tanya Rafa. “sudah lah.”kata ayah. “doanya harus doa sebelum makan. Bukan doa keluar rumah ya ayah.”kata Rafa diselingi derai tawanya. “ngapain juga ayah bacanya doa keluar rumah,paling nanti ayah cuma didalam rumah lalu tidur.sambil mendengkur pula.”sambung bunda. “betul itu bunda.”kata Rafa. Hahahahaha,bunda dan Rafa tertawa. Sedangkan ayah masih berurusan dengan makanannya. “aaaaakkkk....”ayah mengeluarkan sendawa yang sangat besar. Bunda dan Rafa pun Tambah geli dan terus tertawa, “Rafa sudah mandi belum?” tanya ayah. “Sudah dooong. Rafa dan bunda sudah mandi dari tadi. Kalau ayah sudah mandi belum?”Rafa balik bertanya pada ayah. “ya sudahlah masa ya sudah dong,durian aja dibelah masa dibedong.”jawab ayah. “paling belum mandi.”kata Rafa. “ayah itu sudah mandi sebelum Rafa bangun.”kata ayah lagi. “sudah,sudah. Ayah mau tidur dulu.”sambung ayah. “selamat tidur ayah.”kata Rafa dan bunda. Mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak saat ayah masuk kedalam kamar lagi untuk beejumpa dengan mimpi nya.

Juara 3 :
Jihan Fatin Azzahra

 Happy Birthday, Aurell! 
Namaku Aurellia Qonita, biasa dipanggil Aurell. Aku bersekolah di Daria School, dan duduk di bangku kelas 6.
Aku terbangun dari tidurku dan bergegas mandi. Setelah mandi, aku memakai seragam
sekolahku. Setelah itu, aku melihat kalenderku, dan upps..... betapa terkejutnya aku. Hari ini, tepatnya tanggal 21 juli, aku akan berulang tahun yang ke-12. Aku sangaat senang sekali. Tahun lalu, keluargaku menaruh kado di depan kamarku, dan ada tulisan: HAPPY BIRTHDAY AURELL. Namun, kali ini aku tak bisa menebaknya.
Aku segera menyisir rambutku, dan memakai bedak sedikit. Lalu, aku pergi keluar kamar, daaaan tidak ada apa apa.
Hemm, mungkin nanti, di ruang makan, batinku
Aku pun pergi ke ruang makan. Disana, sudah ada Mama dan Kak Hani. Papaku, sedang ada urusan bisnis di luar negeri selama 1 minggu.
"Pagi Ma, Kak"sapaku
"Pagi. Ini sarapannya"jawab mama, lalu memberikanku roti selai coklat dan susu.
"Ngg, Ma, hari ini hari apa ya?"tanyaku pura pira tidak tau.
"Hari Rabu sayang, ada apa?"tanya mama lagi
"Ooh, tidak ada apa apa"jawabku
"Haa? Oh iya, ini hari Rabu ya?"tanya Kakakku sambil menepuk jidatnya. Kupikir, ia ingat hari ulang tahunku, tapi ternyata...
"Aku kan harus ngembaliin novel yang kupinjam dari perpustakaan. Aduuh, kok bisa sampai lupa ya?"kata kakakku lalu pergi ke kamarnya dan membawa sebuah novel.
Hhhh, menyebalkan. Aku pun memakan sarapanku, dan pamit pada mama. Aku mengambil sepeda pink ku dan berangkat ke sekolah. Setelah sampai, aku memakirkan sepedaku, lalu pergi ke kelas.
"Hai Aurell"sapa Fani, sahabatku
"Hai juga Fan"jawabku
"Hello, Aurell"sapa Rara tiba tiba
"Eh, halo juga Ra"kataku
"Eh temen temen, hari ini hari apa ya?"tanyaku
"Hari ini, ngg,, hari Rabu"jawab Rara dan Fani
"Ooh, iya. Hehe, aku lupa"kataku. Hhh, bahkan sahabatku juga tidak mengingat hari spesialku.
Tak lama kemudian, bel berbunyi. Aku duduk bersama Vira, sementara Rara duduk bersama Fani. Kami memulai pelajaran, hingga waktu istirahat tiba. Aku pun menghampiri Rara dan Fara.
"Far, Ra, kita ke kantin yuk"ajakku
"Sori Rell, kamu sendirian aja, kita mau ke perpustakaan"jawab Rara
"Ooh, yaudah aku temenin"kataku
"Gak usah, kamu ke kantin aja, sana. Bye"kata Fara lalu pergi meninggalkanku.
Aku ke kantin lalu membeli kentang goreng dan pergi ke taman. Aku memakannya dan duduk diam. Biasanya, aku selalu nermain bersama Rara dan Fara, saat istirahat. Tapi, sepertinya mereka tidak menghiraukan aku. Aku pun kembali ke kelas, karena bel masuk sudah berbunyi. Saatnya pelajaran yang kusuka, IPA.
"Baik anak anak, silahkan buka halaman 57, dan kerjakan, 15 menit ya"perintah Mrs. Hana
Semua murid, termasuk aku pun mengerjakannya. 15 menit kemudian, semua murid sudah selesai.
"Baiklah, untuk pr kalian,buat sebuah kliping tentang tumbuhan. Berkelompok ya. Karena murid disini ada 20, maka 1 kelompok ada 4, oke?"kata Mrs. Hana. Kami pun langsung mencari teman untuk berkelompok. Aku segera menghampiri Fara dan Rara.
"Ra, Far aku sekelompok sama kalian ya?"tanyaku
"Maaf ya, kami sudah pas 4 orang. Kamu sama yang lain aja" kata Fara ketus.
Aku pun mengangguk sedih, dan akhirnya berkelompok dengan Sissy, Vira, dan Sasa. Aku sangaaat sediiiiih sekali. Fara dan Rara tidak lagi menganggapku sebagai sahabat mereka. Terlebih lagi, mereka juga tidak mengingat hari ulang tahun ku.
Saatnya pulang. Aku piket dulu sebelum sekolah. Setelah itu, aku pun pulang.
Aku pulang sendirian. Padahal, biasanya aku pulang bersama sahabatku, Fara dan Rara. Mungkin, aku harus mencari sahabat baru lagi. Tak terasa, aku sudah sampai di rumah. Aku melepas sepatu dan masuk ke dalam rumah. Rumah kosong, tidak ada siapa siapa.
"Ma! Kak! Mbak!"teriakku memanggil mereka.
Karena tidak ada jawaban, aku mencari mereka. Dapur, ruang keluarga, kamar, hingga kamar mandi aku telusuri. Namun, hasilnya nihil. Aku bergegas ke kebun belakang. Saat aku mau membuka pintu kebun itu, tiba tiba,
"HAPPY BIRTHDAY AURELL!"teriak semua orang yang ada di kebun itu. Kau tahu?
Kebun itu dihiasi pita dan balon. Ada banyak teman teman temanku, Rara dan Fara, Mama, Kak Hani, dan seorang pemuda yang sangat kukenali sebagai...
"Papa!"kataku dan langsung memeluk Papaku.
"Sebenarnya ada apa sih?"tanyaku
"Papa sudah selesai urusan bisnisnya, papa pulang tadi pagi. Dan, kami memang sengaja merencanakan ini semua"terang Mama
"Dan, maaf ya Rel, kami emang sengaja bikin kamu jengkel dan kecewa, di hari ultahmu. Hehe, sori deh"kata Fara dan Rara.
Aku sangat senaaaaang sekali. Ini adalah ultahku yang paling sempurna. Apalagi, aku lega. Karena, Fara dan Rara tetap menanggapku sebagai sahabat mereka.
"Eh, kue nya belum dimakan loo"kata Kak Hani
Aku pun meniup lilin yang berada di atas kue, dan memotongnya. Setelah itu, kami memakannya dan colek colekkan krim kue. Hahaha. Aku puas sekali. Tepat jam 4 sore, teman temanku pulang. Aku dan keluarga membereskan semuanya. Setelah selesai, aku membuka kado dari semua orang.
Dari Mama, aku mendapatkan gaun berwarna pink pucat dengan pita sebagai hiasannya. Dari Papa, aku mendapatkan sepatu. Dari Kak Hani, aku mendapatkan 2 buah novel KKPK, Dari Fara, aku mendapatkan tas yang bagus sekali. Dan dari Rara, aku mendapatkan sebuah jam tangan berwarna pink. Aku senang sekali.
Terimakasih Sahabatku, dan Keluargaku

Dan, aku menyertakan cerpenku.. :v

SELFIE.. SELFIE!!
Aku melongo melihat Kak Fayanna yang udah mulai ketularan virus selfie. Hampir setiap saat dia selalu selfie. Kalau aku periksa galeri hp nya, wah, penuh banget dengan fhoto-fhoto yang alay banget.
"Iih, Kak Fayanna alay!" seruku ketika melihat isi hp kak Fayanna.
"Biarin," jawabnya cuek.
"Ya udah. Aku keluar dulu ya kak," pamitku.
Kak Fayanna hanya menggangguk. Sorot matanya masih tertuju pada layar hp. Tak lama setelah aku keluar, Kak Fayanna kembali selfie dengan riang.
*SKIP*
Virus selfie ternyata tidak hanya tertular pada Kak Fayanna. Sahabat-sahabatku juga tertular. Apalagi Orchidtha. Dia bisa saja kujuluki sebagai ratu selfie di sekolah.
"Ken, selfie yuk!" ajaknya saat jam istirahat sekolah.
"Hmm... malas, ah," Aku menolak dengan halus.
"Sekali aja deh," pintanya memelas.
"Hmm... gimana ya?" Aku berpikir sejenak,lalu menjawab, "Baiklah. Sekali ini saja ya."
"Siip!"
Orchidtha mengeluarkan handphone kesayangannya. Warnanya biru bermotif doraemon.
"Ciis!"
Orchidtha bergaya alay sambil menunjukkan gaya 'peace'. Sementara itu, aku hanya tersenyum. Jujur saja, aku jarang sekali selfie.
Saat melihat hasil selfie tadi, Orchidtha berkomentar, "Ken, kamu kok enggak pake gaya siih!"
"Hihihi. Aku nggak suka selfie siih," jawabku.
"Ooh, begitu," kata Orchidtha.
Tak lama kemudian, waktu istirahat pun usai. Kami segera masuk ke kelas.
*SKIP*
Sepulang dari sekolah, aku langsung masuk ke kamar. Alangkah terkejutnya aku, ketika melihat Kak Fayanna ada di kamarku. Ternyata, dia sedang selfie.
"Kakak ngapain disini?" tanyaku.
"Eh, Ken udah pulang. Kakak mau selfie doang kok. Pemandangan disini bagus siih," jawabnya.
"Iiiih, keluar sana. Aku mau ganti baju niih," kataku.
"Tapi kita selfie dulu ya Ken!" pinta Kak Fayanna.
"Sekali aja ya," kataku.
"Iya,"
Kak Fayanna mengambil handphone dari saku celananya. Lalu dia berkata,"Ceklis!" Kak Fayanna sungguh alay. Aku? Seperti tadi, aku hanya tersenyum biasa.
"Ken? Kok kamu hanya senyum doang sih?" kata Kak Fayanna.
"Banyak komentar. Udah buruan keluar!" jawabku sambil mendorong tubuh kak Fayanna keluar dari kamarku.
*SKIP*
Malam ini dingin sekali. Setelah shalat 'Isya, aku ngecak buku pelajaran besok. Apakah ada pr atau nggak? Ternyata tidak ada pr. Aku pun berniat untuk tidur.
Namun, mataku terasa belum ngantuk. Aku mengambil handphone ku. Aku memainkan game fruit ninja kesukaanku.
Lima menit kemudian..
"Bosan ah main ini terus!" kataku.
Tiba-tiba, aku merasa seperti ada iblis yang merasuki tubuhku dan terus menyuruhku untuk selfie.
"Coba aja deh,"
Mula-mula aku selfie dengan gaya senyum-seperti biasanya-. Tiba-tiba, aku mendapat ide untuk selfie seperti gaya kak Fayanna. Aku pun kembali selfie.
"Imutnya aku," kataku sambil senyum-senyum sendiri.
Akhirnya, aku tertular penyakir selfie riang.
*SKIP*
Di sekolah, aku tidak canggung lagi apabila selfie bareng sahabat-sahabatku, apalagi sama Orchidtha.
"Chid, selfie yuk!" ajakku.
"Yuk!" jawabnya.
*SKIP*
Hari ini adalah hari Minggu. Aku berniat untuk jalan-jalan pagi bersama Kak Fayanna sambil mengisi waktu luang kami.
"Sebelum jalan-jalan, selfie yuk!" Hobi selfie ku udah mulI kambuh lagi.
"Hm... boleh!" jawab Kak Fayanna.
Ciiis! Gedebuuuk!
"Aduuuh!"
Aku dan Kak Fayanna menabrak seorang anak yang sedang jalan-jalan pagi juga. Karena kecelakaan kecil ini, kami jadi gagal selfie.
"Hmm... Maaf ya," kataku meminta maaf sambil menjulurkan tangan kepada gadis itu.
Gadis itu menoleh kepadaku, ternyata dia...
"Orchidtha?!" pekikku.
"Ih, Ken rupanya. Jalan kok enggak ngeliat-liat siih," katanya ngambek.
"Enggak sengaja Chid!" kata Kak Fayanna membelaku.
"Iya, betul," kataku.
"Nggak sengaja.. Nggak sengaja.. Kakiku jadi luka karena kalian menabrakku!" katanya marah.
"Maaf dong Chid," pintaku sambil menjulurkan tangan.
Orchidtha memukul tanganku. Lalu dia berlari meninggalkanku.
"Chid!" aku berteriak kencang sekali memanggil namanya.
Orchidtha tak menoleh. Oh, aku merasa bersalah sekali padanya.
*SKIP*
"Kak, ayo, buruan!" kataku kepada Kak Fayanna.
"Tunggu sebentar," katanya.
Kami segera berlari mengejar Orchidtha. Saat di persimpangan jalan, Orchidtha menghilang. Kami tak melihat lagi arahnya berlari.
"Aduuuh... Orchidtha nya kemana?" tanya Kak Fayanna.
"Emang kakak kira aku tahu?" kataku.
Kak Fayanna mengangkat bahunya.
"Gini aja. Kakak cari ke kiri. Aku cari ke kanan. Gimana?" Aku mendapatkan sebuah ide cemerlang.
"Baiklah," jawabnya.
Kami pun berpisah. Aku mencari Orchidtha ke taman. Di kursi taman, ada seorang anak yang sedang menangis.
"Itu dia!" pekikku. Aku menghampiri anak tersebut.
Setelah menghampirinya, yang aku jumpai bukan Orchidtha. Melainkan seorang anak kecil yang sedang menangis karena es krim terjatuh.
"Maaf ya Dek," kataku meminta maaf. Aku lalu meninggalkan anak itu dan segera mencari.
*SKIP*
Di tempat lain...
"Itu Orchidtha!" Kak Fayanna berteriak ketika melihat Orchidtha yang sedang duduk sendirian di warung Bu Netty.
*SKIP*
"Aku harus segera menelpon Ken," kata Kak Fayanna pada dirinya sendiri.
*SKIP*
"Halo, Kak? Udah ketemu Orchid nya ya?" kataku di telepon.
"Iya. Kakak ngeliat Orchid lagi makan es di warung Bu Netty.."
"Oh disana! Aku segera kesana kak!"
"Iya,"
Sambungan telepon pun terputus. Aku ssgera berlari menuju warung Bu Netty yang tidak terlalu jauh dari taman ini.
*SKIP*
Sampai! Aku sampai di warung Bu Netty! Namun aku tidak menemui Kak Fayanna. Mataku menerawang mencari si Ratu Selfie di rumahku itu. Oh! Dia sedang bersembunyi di balik pohon jambu.
Aku berlari menghampiri Kak Fayanna.
*SKIP*
"Chid, aku minta maaf ya," kataku kepada Orchidtha. Namun dia tak menghiraukannya.
"Kami janji deh. Kalau kamu mau mau maafin kami, nanti kami bayarin deh itu es!" kata Kak Fayanna.
Aku hanya mengangguk menyetujui ucapan Kak Fayanna.
Orchidtha menoleh, "Beneran nih?" tanyanya.
"Heeh," kataku mengangguk.
"Baiklah. Aku maafin kalian deh," kata Orchidtha sambil tersenyum manis. Iiiih, imut banget deh!
"Eh, selfie dulu yuk!" kata Kak Fayanna.
"Yuk!" teriakku dan Orchidtha kompak.
Kami pun akhirnya selfie riang. Dengan sering-sering selfie, persahabatanku dengan Orchidtha menjadi tambah erat. Hahaha. Kami berjanji, takkan bertengkar lagi!

---

TERIMAKASIH!!

Senin, 19 Januari 2015

Menghafal Al-Qur'an? Siapa takuuut! Nih, aku mau kasih sedikit tips-tips menghafal untuk teman-teman semua. Tipsnya sangaaaaaat mudah. Kita hanya perlu membaca dan tak perlu menghafalnya. Nah, lho, gimana caranya tuh? Baca ya...


Cara Mudah Menghafal Al Quran Tanpa Menghafal


Misalnya: 
Kita ingin menghafal salah satu surah pendek dalam Al Quran yang memiliki jumlah ayat sebanyak 20 Ayat.

Caranya:
1. Baca ayat pertama dengan detil dan tartil, kemudian ulangi lagi sebanyak 20 kali. Mungkin pada awalnya anda mengucapkannya terbatah-batah tapi pada pengucapan yang ke 20 saya yakin insya Allah anda sudah fasih mengucapkannya bahkan tanpa melihat lagi. Cukup membaca dan jangan menghafal, apalagi memejamkan mata. (1x20)

2. Baca ayat kedua menggunakan metode yang sama yaitu dibaca sebanyak 20 kali. Bila telah usai maka gabungkan ayat 1 dan 2. Jadi bacalah ayat pertama, lanjutkan dengan ayat kedua kemudian ulangi lagi baca ayat pertama, lalu kedua. Lakukan lagi membaca ini sebanyak 20 kali. ((2x20) +((1+2)x20)).

3. Baca ayat ke tiga menggunakan metode yang sama yaitu dibaca sebanyak 20 kali. Bila telah usai maka bacalah ayat 1,2 dan 3 kemudian ulangi sebanyak 20 kali. ((3x20) + ((1+2+3)x20)).

4. Begitu juga dengan ayat ke 4. ((4x20) + ((1+2+3+4)x20)).

5. Pada ayat ke 5 juga anda lakukan cara yang sama. ((5x20) + ((1+2+3+4+5)x20)). Nah pada langkah ke lima ini anda simpan dulu apa yang telah anda dapatkan. Dan saya yakin anda insya Allah telah dapat membaca ayat 1-5 dengan lancar tanpa melihat Al Quran lagi alias hafal, bahkan letak titik dan komanya anda tau. Right?

Nah bagaimana sobat sekalian, sangat mudah bukan? Cukup membaca tanpa perlu menghafal, tapi hadiahnya adalah hafal. 

Menarik, bukan? Tertarik untuk mencoba?! silakan :)

Senin, 03 November 2014

Siapa sih yang enggak kenal yang namanya Ozil?
Itu, lho, pemain bola yang beragama Islam itu, lho!
Kali ini, aku mau kasih tahu sedikit, nih, tentang biodatanya.
Bisa dilihat di bawah, ya...

Nama Asli : Mesut Ozil
Tanggal Lahir : 15 Oktober 1988
Tempat Lahir : Gelsenkirchen, West Germany
Tinggi Badan : 181cm
Kewarganegaraan : Jerman
Warna Rambut : Coklat Tua
Warna Mata : Coklat
Ayah : Mustafa Ozil
Agama : Islam
Populer Sejak : Menjadi pemain timnas Jerman U19 (2006)

Nah, catatan yang diatas itu adalah sepenggal biodata dari Mesut Ozil..
Semoga bermanfaat bagi kita semua!

Jumat, 31 Oktober 2014

Pemenang Lomba Cerpen AKU DAN IMPIANKU
Ini dia para pemenang lomba cerpen Aku dan Impianku:


1.      100 Mimpi: Hana’ Sausan Jupriyanto
2.      Menggali Imajinasi: Kharissa Nurmanita Kusuma
3.      Dokter Cilik: Nayaka Arya Sena Bayuaji
4.      Aku dan Diariku: Kamilla Lubna Ghayata Amalie
5.      Telur Mata Sapi: Afifah Marsyla Fadhilati
6.      Taman Impianku: Shafna Syahidah
7.      Meraih Sebuah Mimpi: Alifia Najwa Abidah
8.      Rumah Bukuku: Al-Farabi Alma Putra
9.      Ibu Guru Cantik Jea: Princeyla Aughea
10.    Aku Bukan Anak Bisu: Ananda Putri

1.      Panggung Impian: Devita Mayanda Heerlie
2.      Dream and Action!: Khansa Tabina Khairunissa
3.      Aku Ingin Ke Makkah: Neisya Namira
4.      Apakah Impianku?: Avriza Putri Irfanti
5.      Aku Ingin Menjadi Fotografer: Aisha Annora Edenia Hartanto
6.      I Hope I Win: Jasmine Meilani
7.      Impianku Menjadi Atlet Karate: Farahnisa Nurul Putri
8.      Jadi Penulis? Siapa Takut!: Nadiya Nisrina
9.      Scientist: Anisa Qoni Azizah
10.     Impian di Televisi: Serenada Cinta Sunindyo


Selamat yaaa buat temen-temen yang menang Lomba Cerpen "Aku dan Impianku"
Ada 20 pemenang (termasuk 10 pemenang cerita favorit)Semuanya berkesempatan untuk diterbitkan cerpennya dalam seri KKPK.

Selamat! :)

Untuk para pemenang, harap segera mengirimkan biodata lengkap:

  • Nama lengkap
  • Alamat
  • Nomor Telp/HP
  • Nomor NPWP Orang Tua
  • Nomor Rekening
  • Foto terbaru (yang jelas dan tidak pecah ya gambarnya..)

kirim ke e-mail : hatidamai@yahoo.com

Untuk temen-temen yang belum beruntung, tetap semangat menulis yaaaa.. :3Kakak tunggu karya temen-temen lainnya! :)

Kamis, 30 Oktober 2014

Halo, Teman-Teman semua!
Yuk, ikuti lomba menulis cerpen "Aku dan Binatang Peliharaanku"
Persayaratannya mudah, kok!

  1. Usia 6-12 tahun.
  2. Tema cerita: AKU DAN BINATANG PELIHARAANKU  
  3. Cerita adalah pengalaman nyata yang kamu alami. Boleh humor, drama, tragedi, dan lain-lain. 
  4. Gaya penyampaian dalam bentuk cerpen.
  5. Halaman: 4–5, spasi 1.5, font Calibri 12 points, kertas A4. 
  6. Batas waktu pengiriman 19 Desember 2014
  7. Pengumuman 24 Desember 2014 
  8. Naskah dikirim beserta biodata lengkap ke lombadar@mizan.com dengan subjek email: “AKU DAN BINATANG PELIHARAANKU”
  9. Naskah terbaik akan diterbitkan dan mendapat honor.

Ditunggu ya, kiriman naskah Teman-Teman! :)

Selasa, 28 Oktober 2014

SOEMPAH PEMOEDA
Pertama :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH AIR INDONESIA
Kedua :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA
Ketiga :
- KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGJOENJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA
Djakarta, 28 Oktober 1928

Teks Soempah Pemoeda dibacakan pada waktu Kongres Pemoeda yang diadakan di
Waltervreden (sekarang Jakarta) pada tanggal 27 - 28 Oktober 1928 1928.
Panitia Kongres Pemoeda terdiri dari :
Ketua : Soegondo Djojopoespito (PPPI)
Wakil Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)
Sekretaris : Mohammad Jamin (Jong Sumateranen Bond)
Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)
Pembantu I : Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond)
Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemoeda Indonesia)
Pembantu III : Senduk (Jong Celebes)
Pembantu IV : Johanes Leimena (yong Ambon)
Pembantu V : Rochjani Soe'oed (Pemoeda Kaoem Betawi)
Peserta :
  1. Abdul Muthalib Sangadji
  2. Purnama Wulan
  3. Abdul Rachman
  4. Raden Soeharto
  5. Abu Hanifah
  6. Raden Soekamso
  7. Adnan Kapau Gani
  8. Ramelan
  9. Amir (Dienaren van Indie)
  10. Saerun (Keng Po)
  11. Anta Permana
  12. Sahardjo
  13. Anwari
  14. Sarbini
  15. Arnold Manonutu
  16. Sarmidi Mangunsarkoro
  17. Assaat
  18. Sartono
  19. Bahder Djohan
  20. S.M. Kartosoewirjo
  21. Dali
  22. Setiawan
  23. Darsa
  24. Sigit (Indonesische Studieclub)
  25. Dien Pantouw
  26. Siti Sundari
  27. Djuanda
  28. Sjahpuddin Latif
  29. Dr.Pijper
  30. Sjahrial (Adviseur voor inlandsch Zaken)
  31. Emma Puradiredja
  32. Soejono Djoenoed Poeponegoro
  33. Halim
  34. R.M. Djoko Marsaid
  35. Hamami
  36. Soekamto
  37. Jo Tumbuhan
  38. Soekmono
  39. Joesoepadi
  40. Soekowati (Volksraad)
  41. Jos Masdani
  42. Soemanang
  43. Kadir
  44. Soemarto
  45. Karto Menggolo
  46. Soenario (PAPI & INPO)
  47. Kasman Singodimedjo
  48. Soerjadi
  49. Koentjoro Poerbopranoto
  50. Soewadji Prawirohardjo
  51. Martakusuma
  52. Soewirjo
  53. Masmoen Rasid
  54. Soeworo
  55. Mohammad Ali Hanafiah
  56. Suhara
  57. Mohammad Nazif
  58. Sujono (Volksraad)
  59. Mohammad Roem
  60. Sulaeman
  61. Mohammad Tabrani
  62. Suwarni
  63. Mohammad Tamzil
  64. Tjahija
  65. Muhidin (Pasundan)
  66. Van der Plaas (Pemerintah Belanda)
  67. Mukarno
  68. Wilopo
  69. Muwardi
  70. Wage Rudolf Soepratman
  71. Nona Tumbel
Catatan :
Sebelum pembacaan teks Soempah Pemoeda diperdengarkan lagu"Indonesia Raya"
gubahan W.R. Soepratman dengan gesekan biolanya.
  1. Teks Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat
    di Jalan Kramat Raya nomor 106 Jakarta Pusat sekarang menjadi Museum Sumpah
    Pemuda, pada waktu itu adalah milik dari seorang Tionghoa yang bernama Sie
    Kong Liong.
  2. 2. Golongan Timur Asing Tionghoa yang turut hadir sebagai peninjau
    Kongres Pemuda pada waktu pembacaan teks Sumpah Pemuda ada 4 (empat) orang
    yaitu :
    a. Kwee Thiam Hong
    b. Oey Kay Siang
    c. John Lauw Tjoan Hok
    d. Tjio Djien kwie

Jumat, 19 September 2014

KONFERENSI PENULIS CILIK INDONESIA

Horee... Siapa yang pengen ikut acara keren ini? Yuk, segera ikuti lomba-lombanya! Ada 4 kategori lomba nih, kalian pilih salah satu yaaa...

1. Lomba Cerpen: satu judul sepanjang 4-6 halaman A4
2. Lomba Syair: membuat dua judul syair
3. Lomba Pantun: membuat lima pantun
4. Lomba Mendongeng: mengirimkan video anak mendongeng dengan durasi 5 menit

Tema lombanya : BUDI PEKERTI

Tema KPCI: "Sastra Anak Membentuk Karakter Anak Bangsa yang Cerdas, Kreatif, dan Berbudi Pekerti"

Lombanya khusus untuk siswa SD saja yaaa..
Penjelasan lebih lengkapnya bisa kalian baca pada fhoto di bawah ini, yuk!

Nah, tunggu apa lagi! Yuk, ikutan!

Senin, 18 Agustus 2014

Dongeng Si Kancil dan Buaya

Sudah menjadi rahasia umum di hutan bahwa kancil merupakan hewan paling cerdik. Akalnya seribu untuk mengatasi berbagai macam masalah. Banyak hewan di dalam hutan meminta pertolongan padanya ketika mereka terlibat sejumlah masalah. Walaupun, dinilai sebagai hewan paling cerdik, namun kancil tidaklah sombong sehingga ia memiliki banyak teman.

Suatu waktu, kancil mencari makanan keluar dari dalam hutan tempat biasa ia bernaung. Saat itu memang musim kemarau, saat di mana makanan di hutan berkurang. Lantaran, hawa panas, kancil menepi ke sebuah sungai untuk menghilangkan dahaga di tenggorokannya.

Setelah puas meminum air sungai yang segar, kancil melanjutkan perjalanannya dengan berjalan menyusuri sungai. Kancil memang tidak ingin jauh-jauh dari sungai supaya ia bisa langsung begitu merasa haus. Hampir sejam lamanya kancil berjalan saat ia menemukan sebuah tempat yang kaya akan makanan. Sayangnya, tempat itu berada di seberang sungai. Tidak ada jembatan yang menghubungkan antara satu tempat ke tempat lainnya. Kancil bingung, apa yang harus dilakukan untuk sampai ke seberang. Ia bergumam, “Alangkah enaknya, jika aku bisa menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati semua makanan yang ada di sana.”

Ketika sedang asyik melamun, mata kancil melihat seekor buaya tengah asyik berjemur di sungai. Kancil pun mendatangi buaya itu dan bertanya, “Hai sahabatku, Buaya, apa kabarmu hari ini?”

Buaya yang tengah menikmati harinya itu membuka mata. Ketika ia melihat yang sedang berbicara adalah kancil, ia menjawab pertanyaannya. “Kabarku baik kancil sahabatku. Apa gerangan yang membawa dirimu datang ke mari?”

“Aku membawa kabar gembira untukmu dan teman-temanmu,” jawab si kancil.

“Hohoho, kabar baik rupanya…” kata buaya antusias, “Baiklah, ceritakan kabar baik yang kamu bawa untukku dan teman-temanku.”

“Aku diperintahkan oleh Raja Sulaiman untuk menghitung jumlah buaya yang ada di dalam sungai. Karena, Raja Sulaiman ingin memberikan hadiah kepada kalian semua,” jelas kancil.

“Benarkah itu?”

Kancil mengangguk. “Karena itu, panggillah teman-temanmu semua dan berjejer di sungai ini dari sini hingga ke sana…”

Buaya pun memanggil teman-temannya dan mengikuti apa yang diperintahkan oleh kancil.

Saat buaya dan teman-temannya telah berjejer, buaya berkata, “Sekarang hitunglah, kami sudah siap.”

Kancil pun mulai melompat satu per satu ke punggung buaya. Dia berteriak keras-keras, “Satu! Dua! Tiga!” dan begitulah seterusnya hingga ia sampai di pinggir sungai yang dimaksud—pinggir sungai yang banyak makanannya. Sesampainya di sana, si kancil membalikkan tubuhnya. “Terima kasih sahabat-sahabatku yang baik. Sekarang aku sudah sampai di sini, dan aku sudah menghitung kalian semua. Sekarang selamat tinggal.”

Melihat Kancil ingin pergi begitu saja, Buaya berteriak, “Hei, Kancil, mana hadiah dari Raja Sulaiman yang kamu janjikan?”

“Oh, iya, aku belum mengatakannya pada kalian ya? Raja Sulaiman ternyata sudah memberikan hadiah-hadiahnya untuk buaya-buaya di tempat lain. Sehingga tidak ada hadiah untuk kalian. Hahaha…”

Sekarang tahulah buaya telah ditipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus membara hingga hari ini. Sementara itu, Kancil terus melompat kegembiraan dan terus meninggalkan buaya-buaya tersebut.

Senin, 11 Agustus 2014

Biografi Abu Nawas

Biografi
Abu Nawas adalah salah seorang penyair dan pujangga sastra Arab klasik. Namanya sering dikaitkan dengan cerita Seribu Satu Malam. Ia dilahirkan pada 145 H atau 747M di kota Ahvaz Persia (Iran). Abu Nawas memiliki nama asli Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami, dari ayah seorang anggota legiun militer Marwan II yaitu Hani Al Hakam yang seorang Arab dan ibu seorang Persia bernama Jalban dimana pekerjaannya adalah mencuci kain wol.
Sejak kecil Abu Nawas sudah yatim, ibunya harus banting tulang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  Abu Nawas juga seperti anak lainnya dimana umurnya waktu kecil dihabiskan untuk belajar pada orang terpelajar lainnya. Abu Nawas sangat menyukai syair. Ia belajar sastra Arab dari Abu Zaid al-Anshari dan Abu Ubaidah. Abu Nawas juga memperdalam Al Quran dari seorang ahli yang bernama Ya’qub al Hadrami sedangkan ilmu hadist belajar dari Abu Walid bin Ziyad, Muktamir bin Sulaiman, Yahya bin Said al Qattan dan Azhar bin Sa’ad as Samman.

Orang-orang yang sangat mempengaruhi gaya bahasa Abu Nawas dalam menulis syair adalah Walibah bin Habab al-Asadi. Ia adalah penyair dari Kufah yang sangat tertarik dengan bakat Abu Nawas. Dari penyair inilah akhirnya gaya bahasa syair Abu Nawas yang awalnya kasar menjadi lebih halus, berkelas dan teratur. Dalam gemblengan Walibah bin Habab al-Asadi, Abu Nawas berhasil mencapai puncak karirnya.
Menjadi Penyair Terkenal
Abu Nawas yang sudah terkenal itu kemudian pindah ke Baghdad yang merupakan pusat peradapan dan kejayaan dunia saat itu (mungkin kalau sekarang seperti Amerika). Di pusat peradapan Dinasti Abbasyiah inilah ia kemudian banyak bergaul dengan para bangsawan. Abu Nawas sering bersyair untuk para bangsawan dan saudagar. Tentunya syairnya banyak yang berisi kata-kata pujian dan sanjungan agar mereka senang dan memberikan upah yang tinggi untuk Abu Nawas. Ia jadi terkenal sebagai penyair yang menjilat penguasa untuk kepentingan dirinya.
Gaya hidup Abu Nawas menjadi sering glamour dan hura-hura, banyak hal kontroversial yang dilakukannya. Ia tampil sebagai tokoh unik sekaligus kontroversial dalam khasanah sastra Arab.
Didalam suatu kitab sejarah sastra Arab yang berjudul Al-Wasith fil Adabil 'Arabi wa Tarikhihi, Abu Nawas diceritakan sebagai seorang penyair dan sastrawan yang multi talenta, cerdik, multivisi, tajam berkata-kata dan tentunya jenaka. Ia sebenarnya juga menulis karya-karya ilmiah akan tetapi jarang dibahas dan tertutup oleh karya syairnya. Ia terkenal sebagai penyair yang jenaka, bertingkah lucu dan tak lazim.
Kepandaiannya dalam menulis syair dan puisi memikat penguasa saat itu yaitu Raja Harun Al Rasyid yang kemudian memanggilnya ke istana untuk dijadikan syairul bilad atau penyair istana.
Abu Nawas Dipenjarakan
Abu Nawas tak selalu berlimpah kemewahan. Di akhir hidupnya ia malah terkena masalah dengan penguasa setempat. Ketika Abu Nawas membaca puisi, Kafilah Bani Mudar untuk Khalifah, tak disangka Khalifah tersinggung dengan puisi Abu Nawas. Sang penguasa akhirnya menjebloskan Abu Nawas ke penjara.
Di penjara inilah kehidupan Abu Nawas berubah drastis yang semula penuh kemewahan menjadi penuh keprihatinan, namun justru saat itulah sisi spiritualnya terketuk. Ia jadi sering mendekatkan diri pada Allah. Syair-syair dan puisinya yang awalnya berisi kepongahan dan keglamoran menjadi lebih bernuansa religi dan kepasrahan kepada Allah.
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, akhir hayat Abu Nawas sangat diwarnai dengan kegiatan ibadah. Beberapa sajaknya menguatkan hal itu. Salah satu bait puisinya yang sangat indah merupakan ungkapan rasa sesal yang amat dalam akan masa lalunya.
Mengenai tahun meningalnya, banyak versi yang saling berbeda. Ada yang menyebutkan tahun 190 H/806 M, ada pula yang 195H/810 M, atau 196 H/811 M. Sementara yang lain tahun 198 H/813 M dan tahun 199 H/814 M. Konon Abu Nawas meninggal karena dianiaya oleh seseorang yang disuruh oleh keluarga Nawbakhti – yang menaruh dendam kepadanya. Ia dimakamkan di Syunizi di jantung Kota Baghdad.

Tips Cara Menjaga Kesehatan MataCara Menjaga Kesehatan Mata

Mata adalah organ yang sangat penting pada tubuh kita. Dengan mata, kita dapat melihat keindahan dunia ini. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk tetap menjaga kesehatan mata. Kita harus senantiasa menjaga kesehatan mata kita agar terhindar dari berbagai penyakit mata.

Banyak sekali penyakit mata yang dapat menyerang mata kita sewaktu-waktu. Seperti seseorang yang sering membaca buku, bermain game terlalu lama, dan sebagainya dapat terserang penyakit miopi.

Penyakit mata yang sudah tak asing lagi kita dengar seperti miopi atau rabun jauh, hipermetropi atau rabun dekat, presbiopi atau tidak dapat melihat benda yang jauh maupun dekat, katarak, buta warna yang tidak dapat melihat berbagai macam warna. Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk menjaga kesehatan mata dan dapat terhindar dari penyakit mata tersebut. Berikut adalah tips cara menjaga kesehatan mata.

Cara Menjaga Kesehatan Mata

  1. Riwayat kesehatan mata keluarga
  2. Bicaralah pada anggota keluarga terutama orang tua Anda. Apakah orang tua Anda di diagnosis mengalami penyakit mata keturunan? Hal ini karena dapat menentukan Anda, apakah Anda beresiko tinggi terkena penyakit mata atau tidak.

  3. Jaga jarak pandang
  4. Jaga jarak pandang ketika sedang berada dilayar komputer maupun TV. Jarak pandang yang ideal sekitar 50-100cm. Seperti juga halnya ketika sedang membaca buku. Jarak yang ideal ketika membaca buku sekitar 30cm. Hal ini dimaksudkan agar dapat terhindar dari miopi atau rabun dekat.

  5. Hindari kebiasaan mengucek mata
  6. Jangan sering mengucek mata ketika mata terasa gatal. Ketika tangan Anda kotor sehabis memegang suatu benda dapat menginfeksi organ mata yang dapat berakibat sangat buruk untuk kesehatan mata.

  7. Istirahatkan mata
  8. Jangan paksakan mata untuk berlama-lama membaca buku atau berada di depan layar komputer. Jika Anda terlalu lama, mata akan sakit. Isitirahatkan mata selama beberapa menit.

  9. Makan makanan yang mengandung vitamin A
  10. Makan makanan seperti wortel yang mengandung vitamin A. Hal, ini dikarenakan wortel mengandung vitamin A dan beta karoten yang berfungsi untuk menjaga kesehatan mata Anda.

  11. Pakai pelindung mata
  12. Cobalah untuk memakai pelindung mata dalam berbagai kegiatan aktivitas seperti saat berkendara, olahraga, dan sebagainya. Banyak kacamata yang dirancang khusus untuk olahraga untuk menghindari terjadinya cedera mata dan terhindar dari debu.

  13. Periksa mata
  14. Periksakan mata Anda secara rutin agar dapat terhindar dari penyakit yang menyerang mata sewaktu-waktu.

  15. Berhenti merokok
  16. Bagi orang perokok, usahakan agar menghentikan kebiasaan merokok mulai sekarang. Ini dikarenakan, dapat berpotensi mengalami sejumlah penyakit mata seperti katarak dan kerusakan saraf optik pada mata.
Demikianlah tips cara menjaga kesehatan mata. Jagalah kesehatan mata Anda mulai sekarang!

Syarat-Syarat Pengiriman Naskah KKPK



  1. Usia penulis di bawah 12 tahun.
  2. Jumlah halaman cerita minimal 45 halaman, maksimal 50 halaman. (tidak termasuk kata pengantar, ucapan terima kasih, daftar isi, halaman profil, dll).
  3. Diketik kemudian diprint di kertas HVS A4, 1.5 spasi, Font: Times New Roman Besar Font: 12 pt.
  4. Karya yang dikirim adalah karya asli perseorangan. Tidak boleh menjiplak dan mengadaptasi dari karya orang lain.
  5. Karya tidak boleh menyinggung unsur SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan), kekerasan, ketidaksopanan terhadap teman, orang tua, dan guru.
  6. Karya disertai dengan biodata lengkap: : nama, tempat tgl. lahir, alamat rumah, no telp. dan HP (terbaru) yg bisa dihubungi, nama sekolah, alamat sekolah.
  7. Karya harus dikirim lewat Pos, tidak melalui e-mail atau facebook
  8. Illustrasi gambar akan dibuat oleh Kakak-kakak illustrator di Mizan
Dikirim ke alamat  Penerbit Mizan :
Jl. Cinambo No.135 , Cisaranten Wetan, 
Ujung Berung, Bandung 40294

"Kisah Kancil Mencuri Timun"


ImageSiang itu panas sekali. Matahari bersinar garang. Tapi hal itu tidak terlalu dirasakan oleh Kancil. Dia sedang tidur nyenyak di bawah sebatang pohon yang rindang.
Tiba-tiba saja mimpi indahnya terputus. “Tolong! Tolong! ” terdengar teriakan dan jeritan berulang-ulang. Lalu terdengar suara derap kaki binatang yang sedang berlari-lari.
“Ada apa, sih?” kata Kancil. Matanya berkejap-kejap, terasa berat untuk dibuka karena masih mengantuk.
Di kejauhan tampak segerombolan binatang berlari-lari menuju ke arahnya. “Kebakaran! Kebakaran! ” teriak Kambing. ” Ayo lari, Cil! Ada kebakaran di hutan! “
Memang benar. Asap tebal membubung tinggi ke angkasa. Kancil ketakutan melihatnya. Dia langsung bangkit dan berlari mengikuti teman-temannya.
Kancil terus berlari. Wah, cepat juga larinya. Ya, walaupun Kancil bertubuh kecil, tapi dia dapat berlari cepat. Tanpa terasa, Kancil telah berlari jauh, meninggalkan teman-temannya.
“Aduh, napasku habis rasanya,” Kancil berhenti dengan napas terengah-engah, lalu duduk beristirahat. “Lho, di mana binatang-binatang lainnya?” Walaupun Kancil senang karena lolos dari bahaya, tiba-tiba ia merasa takut. “Wah, aku berada di mana sekarang? Sepertinya belum pernah ke sini.”
Kancil berjalan sambil mengamati daerah sekitarnya. “Waduh, aku tersesat. Sendirian lagi. Bagaimana ini? Kancil semakin takut dan bingung. “Tuhan, tolonglah aku.”
Kancil terus berjalan menjelajahi hutan yang belum pernah dilaluinya. Tanpa terasa, dia tiba di pinggir hutan. Ia melihat sebuah ladang milik Pak Tani.
“Ladang sayur dan buah-buahan? Oh, syukurlah. Terima kasih, Tuhan,” mata Kancil membelalak. Ladang itu penuh dengan sayur dan buah-buahan yang siap dipanen. Wow, asyik sekali!
“Kebetulan nih, aku haus dan lapar sekali,” kata Kancil sambil menelan air liurnya. “Tenggorokanku juga terasa kering. Dan perutku keroncongan minta diisi. Makan dulu, ah.”
Dengan tanpa dosa, Kancil melahap sayur dan buahbuahan yang ada di ladang. Wah, kasihan Pak Tani. Dia pasti marah kalau melihat kejadian ini. Si Kancil nakal sekali, ya?
“Hmm, sedap sekali,” kata Kancil sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan. “Andai setiap hari pesta seperti ini, pasti asyik.”
Setelah puas, Kancil merebahkan dirinya di bawah sebatang pohon yang rindang. Semilir angin yang bertiup, membuatnya mengantuk. “Oahem, aku jadi kepingin tidur lagi,” kata Kancil sambil menguap.
Akhirnya binatang yang nakal itu tertidur, melanjutkan tidur siangnya yang terganggu gara-gara kebakaran di hutan tadi. Wah, tidurnya begitu pulas, sampai terdengar suara dengkurannya. Krr… krr… krrr…!!
Ketika bangun pada keesokan harinya, Kancil merasa lapar lagi. “Wah, pesta berlanjut lagi, nih,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kali ini aku pilih-pilih dulu, ah. Siapa tahu ada buah timun kesukaanku.”
Maka Kancil berjalan-jalan mengitari ladang Pak Tani yang luas itu. “Wow, itu dia yang kucari!!” Kancil berseru gembira. “Hmm, timunnya kelihatan begitu segar. Besar-besar lagi! Wah, pasti enak nih.”
Kancil langsung memakan buah timun itu sampai kenyang. “Wow, enak sekali sarapan timun,” kata Kancil sambil tersenyum puas.
Hari sudah agak siang. Lalu Kancil kembali ke bawah pohon rindang untuk beristirahat.
Pak Tani terkejut sekali ketika melihat ladangnya. “Wah, ladang timunku kok jadi berantakan-begini,” kata Pak Tani geram. “Perbuatan siapa, ya? Pasti ada hama baru yang ganas. Atau mungkinkah ada bocah nakal atau binatang lapar yang mencuri timunku?”
Ladang timun itu memang benar-benar berantakan. Banyak pohon timun yang rusak karena terinjak-injak. Dan banyak pula serpihan buah timun yang berserakan di tanah. Hm, awas, ya, kalau sampai tertangkap! ” omel Pak Tani sambil mengibas-ngibaskan sabitnya. “Panen timunku jadi berantakan.”
Maka seharian Pak Tani sibuk membenahi kembali ladangnya yang berantakan.
Dari tempat istirahatnya, Kancil terus memperhatikan Pak Tani itu. “Hmm, dia pasti yang bernama Pak Tani,” kata Kancil pada dirinya sendiri. “Kumisnya boleh juga. Tebal, hitam, dan melengkung ke atas. Lucu sekali. Hi… hi… hi…."
Sebelumnya Kancil memang belum pernah bertemu dengan manusia. Tapi dia sering mendengar cerita tentang Pak Tani dari teman-temannya. “Aduh, Pak Tani kok lama ya,” ujar Kancil. Ya, dia telah menunggu lama sekali. Siang itu Kancil ingin makan timun lagi. Rupanya dia ketagihan makan buah timun yang segar itu.
Sore harinya, Pak Tani pulang sambil memanggul keranjang berisi timun di bahunya. Dia pulang sambil mengomel, karena hasil panennya jadi berkurang. Dan waktunya habis untuk menata kembali ladangnya yang berantakan.
“Ah, akhirnya tiba juga waktu yang kutunggu-tunggu,” Kancil bangkit dan berjalan ke ladang. Binatang yang nakal itu kembali berpesta makan timun Pak Tani.
ImageKeesokan harinya, Pak Tani geram dan marah-marah melihat ladangnya berantakan lagi. “Benar-benar keterlaluan!! ” seru Pak Tani sambil mengepalkan tangannya. “Ternyata tanaman lainnya juga rusak dan dicuri.”
Pak Tani berlutut di tanah untuk mengetahui jejak si pencuri. “Hmm, pencurinya pasti binatang,” kata Pak Tani. “Jejak kaki manusia tidak begini bentuknya.”
Pemilik ladang yang malang itu bertekad untuk menangkap si pencuri. “Aku harus membuat perangkap untuk menangkapnya! “
Maka Pak Tani segera meninggalkan ladang. Setiba di rumahnya, dia membuat sebuah boneka yang menyerupai manusia. Lalu dia melumuri orang-orangan ladang itu dengan getah nangka yang lengket!
Pak Tani kembali lagi ke ladang. Orang-orangan itu dipasangnya di tengah ladang timun. Bentuknya persis seperti manusia yang sedang berjaga-jaga. Pakaiannya yang kedodoran berkibar-kibar tertiup angin. Sementara kepalanya memakai caping, seperti milik Pak Tani.
“Wah, sepertinya Pak Tani tidak sendiri lagi,” ucap Kancil, yang melihat dari kejauhan. “Ia datang bersama temannya. Tapi mengapa temannya diam saja, dan Pak Tani meninggalkannya sendirian di tengah ladang?”
Lama sekali Kancil menunggu kepergian teman Pak Tani. Akhirnya dia tak tahan. “Ah, lebih baik aku ke sana,” kata Kancil memutuskan. “Sekalian minta maaf karena telah mencuri timun Pak Tani. Siapa tahu aku malah diberinya timun gratis.”
“Maafkan saya, Pak,” sesal Kancil di depan orangorangan ladang itu. “Sayalah yang telah mencuri timun Pak Tani. Perut saya lapar sekali. Bapak tidak marah, kan?”
Tentu saj,a orang-orangan ladang itu tidak menjawab. Berkali-kali Kancil meminta maaf. Tapi orang-orangan itu tetap diam. Wajahnya tersenyum, tampak seperti mengejek Kancil.
“Huh, sombong sekali!” seru Kancil marah. “Aku minta maaf kok diam saja. Malah tersenyum mengejek. Memangnya lucu apa?” gerutunya.
Akhirnya Kancil tak tahan lagi. Ditinjunya orangorangan ladang itu dengan tangan kanan. Buuuk! Lho, kok tangannya tidak bisa ditarik? Ditinjunya lagi dengan tangan kiri. Buuuk! Wah, kini kedua tangannya melekat erat di tubuh boneka itu.
” Lepaskan tanganku! ” teriak Kancil jengkel. ”Kalau tidak, kutendang kau! ” Buuuk! Kini kaki si Kancil malah melekat juga di tubuh orang-orangan itu. “Aduh, bagaimana ini?”
Sore harinya, Pak Tani kembali ke ladang. “Nah, ini dia pencurinya! ” Pak Tani senang melihat jebakannya berhasil. “Rupanya kau yang telah merusak ladang dan mencuri
timunku.” Pak Tani tertawa ketika melepaskan Kancil. “Katanya kancil binatang yang cerdik,” ejek Pak Tani. “Tapi kok tertipu oleh orang-orangan ladang. Ha… ha… ha…. “
Kancil pasrah saja ketika dibawa pulang ke rumah Pak Tani. Dia dikurung di dalam kandang ayam. Tapi Kancil terkejut ketika Pak Tani menyuruh istrinya menyiapkan bumbu sate.
” Aku harus segera keluar malam ini juga. ” tekad Kancil. Kalau tidak, tamatlah riwayatku. “
Malam harinya, ketika seisi rumah sudah tidur, Kancil memanggil-manggil Anjing, si penjaga rumah. “Ssst… Anjing, kemarilah,” bisik Kancil. “Perkenalkan, aku Kancil. Binatang piaraan baru Pak Tani. Tahukah kau? Besok aku akan diajak Pak Tani menghadiri pesta di rumah Pak Lurah. Asyik, ya?”
Anjing terkejut mendengarnya. “Apa? Aku tak percaya! Aku yang sudah lama ikut Pak Tani saja tidak pernah diajak pergi. Eh, malah kau yang diajak.”
Kancil tersenyum penuh arti. “Yah, terserah kalau kau tidak percaya. Lihat saja besok! Aku tidak bohong! “
Rupanya Anjing terpengaruh oleh kata-kata si Kancil. Dia meminta agar Kancil membujuk Pak Tani untuk mengajakn-ya pergi ke pesta.
“Oke, aku akan berusaha membujuk Pak Tani,” janji Kancil. “Tapi malam ini kau harus menemaniku tidur di kandang ayam. Bagaimana?” Anjing setuju dengan tawaran Kancil. Dia segera membuka gerendel pintu kandang, dan masuk. Dengan sigap, Kancil cepat-cepat keluar dari kandang.
“Terima kasih,” kata Kancil sambil menutup kembali gerendel pintu. “Maaf Iho, aku terpaksa berbohong. Titip salam ya, buat Pak Tani. Dan tolong sampaikan maafku padanya.” Kancil segera berlari meninggalkan rumah Pak Tani. Anjing yang malang itu baru menyadari kejadian sebenarnya ketika Kancil sudah menghilang.
Persyaratan Pengiriman Naskah Travela (Traveling Anak)
  • Usia penulis di bawah 12 tahun
  • Jumlah halaman cerita minimal 45 halaman, maksimal 50 halaman. (tidak termasuk kata pengantar, ucapan terima kasih, daftar isi, halaman profil, dll)
  • Disertai foto-foto yang berhubungan dengan materi
  • Diketik kemudian diprint di kertas HVS A4, 1.5 spasi, Times New Roman ukuran 12 pt
  • Karya dikirim melalui pos, bukan melalui e-mail atau facebook
  • Karya yang dikirim adalah karya asli perseorangan. Tidak boleh menjiplak dan mengadaptasi dari karya orang lain
  • Karya tidak boleh menyinggung unsur SARA (Suku, Agama, Ras, Antar golongan), kekerasan, ketidaksopanan terhadap teman, orang tua, dan guru
  • Karya disertai dengan biodata lengkap
  • Tema cerita adalah seputar perjalanan yang mengandung informasi , hal-hal unik dan menarik, mengenai sebuah tempat.
    Kirimkan ke alamat Penerbit Mizan : Jl. Cinambo No.135 , Cisaranten Wetan, Ujung Berung, Bandung 40294